Minggu, 10 Oktober 2010

Kepunahan Dinosaurus: Teori Binatang Pengganggu


Salah satu pendapat punahnya dinosaurus adalah meningkatnya populasi mamalia pengerat kecil. Mamalia sudah ada di bumi ini sejak 210 juta tahun lalu. Kebanyakan dari mereka adalah hewan pengerat seperti tikus. Seperti tikus saat ini, tikus Zaman Cretaceous juga berkembang biak dengan jumlah banyak. Hampir setiap tahun mereka berkembang biak di atas 10 ekor. Selain tikus ada juga mamalia lain seperti Didephodon dan Steropodon.
Didephodon dan Steropodon yg hidup bersama dinosaurus pada Zaman Cretaceous

Banyaknya populasi mamalia saat itu mungkinkan bahwa mereka telah mencuri dan memakan dalam jumlah banyak telur dinosaurus. Ada yang berpendapat bahwa mereka melakukan aksi ini pada malam hari, karena banyak induk dinosaurus akan tidur sehingga telur-telurnya tidak dijaga.
Mamalia kecil seperti tikus mungkin akan memakan telur-telur dinosaurus sampai mereka menjadi punah
Akibatnya hanya sedikit bayi dinosaurus yang dapat keluar dari telur dengan selamat. Keturunan yang tidak dapat hidup ini membuat jumlah dinosaurus menjadi turun drastis. Kemudian, lama-kelamaan dinosaurus menjadi langka dan menghilang dari dunia ini.

Kenapa Dinosaurus Punah?

Kepunahan Dinosaurus: Teori Penyakit


Di antara banyak faktor yang menimbulkan kemungkinan kematian jenis makhluk hidup tertentu dalam skala besar, jenis baru penyakit menular ganas merupakan suatu faktor khusus yang layak diperhatikan. Gejala kemandulan dalam proses reproduksi yang disebabkan oleh penyakit tertentu sekarang ini merupakan hal yang sering terjadi, dan kurangnya kekebalan tubuh menghadapi ancaman kesehatan itu sendiri juga merupakan hal yang diketahui umum.

Sejumlah ilmuwan memprediksi, di akhir zaman kapur, dikarenakan oleh sebab tertentu telah mengakibatkan bumi mendadak telah memunculkan berbagai macam organisme penyebab penyakit baru yang dapat memecahkan sistem pertahanan binatang, menyebabkan wabah penyakit yang menyebar luas, dinosaurus dan sejumlah binatang yang sistem kekebalannya lemah menjadi punah karena tidak mampu bertahan.
Dinosaurus mungkin terserang berbagai penyakit sehingga memyebabkan mereka mati

Kepunahan Dinosaurus: Teori Stress


Dalam tulisan yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences, kelompok ilmuwan yang dipimpin Profesor Gerta Keller dari Universitas Princeton, mengatakan, Tumbukan Chicxulub sendiri terjadi pada 300.000 tahun silam. Kesimpulan ini diambil setelah mereka meneliti rangkaian lapisan batuan yang dibor dari Chicxulub, kawah selebar 180 kilometer yang kini terkubur lapisan sedimen sedalam 1 kilometer. Analisa menggunakan lima indikator penentu umur lapisan batuan. Hal ini membuat mereka berpikir tabrakan Chicxulub bukanlah penyebab punahnya dinosaurus.
Gerta Keller
Profesor Keller berpendapat "batas Cretaceous-Tertiary" (batas C-T) tumbukan asteroid yang terjadi di Chicxulub, Mexico bukanlah penyebab kepunahan dinosaurus secara langsung.
Asteroid dianggap bukan penyebab kepunahan dinosaurus secara langsung
Lapisan lempeng di bawah tanah telah membatasi bebatuan dari periode Cretaceous dari Batuan Tersier disebut batas C-T. Profesor Keller menduga menejelang akhir Zaman Cretaceous iklim bumi menjadi dingin yang kemudian diikuti pemanasan global-lah yang kemudian menimbulkan stress pada banyak jenis dinosaurus dan membunuh mereka semua.

Adapun pemanasan yang dimaksud terjadi akibat letusan gunung berapi di wilayah Decca, India. Letusan itu mengeluarkan karbon dioksida dalam jumlah banyak yang menutupi atmosfer dan menghalangi panas keluar dari permukaan Bumi. Akibatnya Bumi menjadi panas dan hewan-hewan banyak panik yang kemudian menjadi stress.
Dinosaurus mungkin menjadi stres dengan perubahan suhu yg terjadi
Tumbukan Chicxulub sendiri terjadi pada periode panas, dan walau berakibat fatal pada lokasi tabrakan, namun tidak menyebabkan kepunahan dinosaurus. Tim peneliti percaya, tabrakan kedualah (yang terjadi 300.000 tahun setelah Chicxulub) yang memusnahkan dinosaurus.

Kepada BBC News Online Profesor Keller berpendapat bahwa tumbukan kedua telah menghasilkan batas K-T, lalu menghantam komunitas hewan yang sudah mengalami stress. Tumbukan asteroid kedua itu seolah menjadi sebuah pemicu hilangnya populasi dinosaurus yang memang telah sekarat. Diungkapkannya, struktur dasar laut di Samudra Hindia menimbulkan dugaan bahwa tumbukan kedua terjadi di sana.

Kepunahan Dinosaurus: Teori Perubahan Komposisi Udara


Analisa ilmiah sekarang membuat kita memahami, bahwa di masa yang telah lama lampau di mana bumi baru saja terbentuk, di udara sama sekali tidak ada oksigen, kandungan dioksida malah sangat tinggi. Seiring munculnya autotrof, fotosintesis mulai mengauskan dioksida dan proses pembuatan oksigen, dengan demikian mengubah lingkungan udara di bumi. Di saat yang sama, di satu sisi dioksida melalui penetapan organisme melalui sedimen lapisan batu bara dan minyak bumi, dan di sisi lainnya juga melalui ada tidaknya peluang bersedimen dengan menggunakan berbagai macam formula karbonat. Dan sedimen tersebut berlangsung terus-menerus.
Komposisi udara yg berububah mungkin mengakibatkan dinosaurus punah
Bukti menunjukkan, kekentalan dioksida masa Mesozoikum kehidupan dinosaurus sangat tinggi, sedangkan kekentalan dioksida Neozoikum selanjutnya malah agak rendah.

Sebagaimana diketahui setiap jenis organisme baru dapat hidup secara normal dalam lingkungan yang sesuai, Perubahan lingkungan acap kali dapat mengakibatkan kesuburan dan kemunduran sebuah spesies. Saat lingkungan bermanfaat terhadap spesies tersebut, ia akan berkembang biak dengan subur; lingkungan sebaliknya, dapat merosot atau bahkan menjadi punah.

Teori perubahan komposisi udara yang menyebabkan punahnya dinosaurus tersebut memiliki dua titik awal. Pertama, komposisi udara masa Mesozoikum tidak sama dengan sekarang. Ilmu pengetahuan sekarang telah dapat membuktikan hal ini. Dan kedua, setiap jenis makhluk hidup memerlukan lingkungan udara yang sesuai, barulah dia dapat hidup. Ilmu pengetahuan sekarang juga tidak sulit untuk mengadakan pembuktian terhadap hal demikian.Kepunahan Dinosaurus

Kepunahan Dinosaurus: Teori Gagal Berkembang Biak

Meskipun berpendapat sama, bahwa perubahan mendadak iklim dingin menyebabkan kepunahan dinosaurus, namun proses dugaannya tidak sama. Kurang lebih 70 juta tahun silam, antara lautan kutub utara dengan samudera lainnya sama sekali terpisahkan menyeluruh oleh daratan, dan dalam hari-hari terakhir air laut yang asin itu berangsur-angsur menjadi air tawar oleh karena efek dari berbagai macam faktor.

Setelah tiba 65 juta tahun silam hingga sekarang, “tanggul” yang memisahkan lautan kutub utara dengan samudera lainnya tiba-tiba saja bobol. Sejumlah besar air di lautan kutub utara yang berubah menjadi ringan karena penawaran mengalir ke samudera lainnya.

Oleh karena suhu air di lautan kutub utara sangat dingin, maka air dingin “luapan luar” tersebut membentuk selapisan arus dingin, sehingga suhu air laut di samudera dengan cepat turun kurang lebih 20 derajat.

Turunnya suhu di samudera memberi dampak serius pada iklim di daratan, sehingga udara di atas langit daratan menjadi dingin. Pada saat yang sama, kandungan uap air di udara juga dengan cepat berkurang, mengakibatkan kekeringan menyeluruh di atas daratan sehingga punahlah dinosaurus itu.

Beberapa ilmuwan menemukan, kulit telur dinosaurus cenderung berubah menjadi tipis menjelang akhir Zaman Cretaceous sebelum dinosaurus punah. Ini menunjukkan sebagai efek akibat adanya perubahan iklim yang mendadak.
Fosil telur Velociraptor
Telur velociraptor
Ahli paleontologi Taiwan juga menemukan, di antara telur dinosaurus yang dihasilkan di sejumlah lokasi fosil, lubang udara pada sejumlah kulit telur dinosaurus yang hampir mendekati masa punah itu lebih sedikit dibanding kulit telur dinosaurus pada masa lainnya, ini sangat mungkin berhubungan dengan iklim yang berubah menjadi dingin dan kering.

Suatu perubahan iklim mendadak mempengaruhi telur dinosaurus dan mengakibatkan dinosaurus gagal berkembang biak dan akhirnya punah.
Semua gejala di atas menunjukkan, dinosaurus pada masa akhir zaman kapur telah mengalami gangguan yang serius dalam proses penetasan telur, karenanya terjadilah kegagalan perkembangbiakan. Sejumlah peneliti dinosaurus dengan berdasarkan hal tersebut, berpendapat bahwa kegagalan tersebut kemungkinan besar merupakan sebab pokok kepunahan dinosaurus.

Kepunahan Dinosaurus: Teori Perubahan Iklim Dingin


Para ilmuwan berpendapat karena pergeseran daratan pada akhir zaman Kapur, aliran arus air laut berubah dan iklim pun ikut berubah. Para ilmuwan juga menemukan bukti bahwa tumbukan asteroid atau komet yang memusnahkan dinosaurus 65 juta tahun lalu, telah diikuti oleh musim dingin berkepanjangan di Bumi. Mereka menemukan batu-batu di Tunisia yang berisi fosil makhluk-makhluk mikroskopis dari perairan dingin yang masuk wilayah panas, tepat pada kurun waktu setelah terjadinya tumbukan.
Bumi mengalami musim dingi berkepanjangan setelah tumbukan asteroid 65 juta tahun lalu
Impact  winter adalah periode cuaca dingin panjang yang disebabkan oleh impact pada bumi. Bila impact seperti ini terjadi di darat atau dasar laut yang dangkal, hal ini dapat menyebabkan banyak debu terbang di atmosfer bumi dan awan partikel sulfat yang berhamburan ke udara, sehingga menutupi cahaya Matahari.


Diperkirakan akibat benturan asteroid, bumi mengalami kegelapan dan musin dingin mendadak selama 10.000 tahun! Makhluk-makhluk dari perairan dingin tidak mungkin bisa bergerak ke wilayah panas bila suhu disana tetap panas. Artinya, saat itu suhu diduga telah menjadi dingin.

Tergantung dari ukuran obyek, dan lokasi dan sudut jatuhnya, ada dua kemungkinan materi dapat jatuh ke atmosfer:
1.                  Impact dapat mengeluarkan sejumlah besar regolith (dan mungkin bedrock hancur) ke atmosfer.
2.                 Impact dapat terjadi di daerah berhutan lebat seperti di Amazonia atau Siberia. Hal ini dapat menyebabkan kebakaran besar, melemparkan banyak asap dan abu ke atmosfer.

Skenario kedua adalah yang lebih berbahaya, karena partikel-partikel kecil dari api dapat melayang selama mingguan atau bahkan bulanan sebelum kembali ke Bumi, dan dapat disebarkan oleh jet stream ke seluruh dunia, sehingga terjadi pendinginan global.

Dalam laporan di journal Geolog, disebutkan para ilmuwan Italia, AS dan Belanda mendapatkan bukti ketika mereka meneliti bebatuan di El Kef, Tunisia. Bebatuan itu berada pada lapisan "batas Cretaceous-Tertiary" atau sering disebut K-T boundary, lapisan batuan yang berasal dari masa ketika dinosaurus punah. Pada masa dinosaurus menjelajahi Bumi, El-Kef adalah bagian dari Laut Tethys bagian barat yang bersuhu hangat. Namun saat para ilmuwan meneliti jenis-jenis fosil makhluk mikroskopis dari bebatuan itu, mereka menemukan hal-hal aneh.

Pertama, dijumpai dua spesies baru benthic foraminifera  (hewan sederhana yang hidup di dasar laut). Makhluk ini adalah jenis yang seharusnya hidup di perairan dingin di daerah utara.
Benthic foraminifera
Kedua, mereka menemukan perbedaan aneh dalam hal bentuk makhluk kecil serupa siput yang disebut Cibicidoides pseudoacutus. Cangkang makhluk ini ditemukan menggulung ke sisi kiri maupun kanan. Di perairan dingin, lebih banyak ditemukan Cibicidoides pseudoacutus dengan cangkang menggulung ke kanan, sedangkan di perairan hangat arahnya berkebalikan.
Cibicidoides pseudoacutus
Nah, pada lapisan di atas C-T boundary di El-Kef, para ilmuwan menemukan banyak Cibicidoides dengan cangkang menggulung ke kanan. Padahal seharusnya ke kiri. Hal itu menimbulkan dugaan bahwa air di sana dahulu dingin.

"Ini adalah kali pertama kami menemukan bukti fisik adanya pendinginan di C-T boundary," kata Dr Simone Galeotti dari Universitas Urbino, Italia.

Dr Galeotti dan rekan-rekannya menduga penyebab pendinginan iklim yang paling mungkin adalah awan polutan partikel sulfat, atau aerosol, yang telah menghambat sinar Matahari.

Seperti disebut di atas, awan sulfat ini membumbung ke udara saat asteroid menghantam bebatuan kaya garam sulfat di Chicxulub. Menurut perhitungan Matthew Huber, peneliti dari Universitas Purdue di Indiana, AS, awan debu akibat tumbukan telah menutup sinar matahari hingga 90 persen, sehingga Bumi menjadi dingin.

Kepunahan Dinosaurus: Teori Perubaan Iklim Panas


Diperkirakan dinosaurus punah karana perubahan iklim alami bumi selama jutaan tahun. Ide ini muncul sebelum pendapat mengenai asteroid atau gunung berapi dikemukakan pada publik.

Berdasarkan data dari pemboran geologi laut yang dalam, sejumlah ilmuwan menganggap telah terjadi perubahan yang tidak biasa terhadap iklim di bumi pada 65 juta tahun silam, suhu udara meninggi secara mendadak. Sebagian orang telah memperkirakan efek perubahan iklim pada Zaman Cretaceous dengan Global Warmning yang telah mengancam kehidupan di bumi sekarang.
Suhu panas mungkin terjadi di akhir Cretaceous sehingga membuat dinosaurus mati terpanggang
Saat itu siapa saja yang hidup di muka bumi akan terpanggang hidup-hidup. Inilah yang kemungkinan besar terjadi pada dinosaurus. Hewan besar itu tak punya tempat untuk berlindung. Teori ini didasari atas adanya meteor raksasa yang memblokir sinar marahari ke bumi sehingga masa itu bumi berada dalam suhu teramat tinggi.

Perubahan ini membuat dinosaurus dan binatang darah dingin lain yang agak lemah kemampuan menguraikan panas tidak dapat dengan baik menyesuaikan lingkungan, terutama mengakibatkan kerusakan parah sistem reproduksinya. Akibatnya, dinosaurus tidak dapat mengembangbiakkan keturunan sehingga punah.

Gagasan lainnya adalah dinosaurus yang hidup di darat tewas seketika akibat panas yang mencapai ratusan derajat fahrenheit. Seluruh angkasa akan meradiasi siapa saja yang ada di bumi. Itu sama artinya dengan berdiri di sebelah bara api raksasa, kemudian terbakar dalam sekejap.

Kepunahan Dinosaurus: Teori Langkanya Dinosaurus Betina


Terlalu banyak dinosaurus pejantan merupakan penyebab musnahnya dinosaurus pada 65 juta tahun lalu, demikian diungkapkan peneliti-peneliti dari Universitas Leeds, Inggris. Mereka menduga dinosaurus memiliki sifat seperti beberapa jenis reptil masa kini yang perkembangan jenis kelaminnya dipengaruhi temperatur lingkungan sekitar saat berada di dalam telur, yaitu pada bangsa buaya dan kura-kura.

Pada mamalia, bila embrio memperoleh kromosom X dan Y, ia akan menjadi jantan. Bila yang didapat dua kromosom X, ia akan menjadi betina. Mekanisme serupa berlaku pula bagi burung, ular, dan beberapa reptil lain seperti kadal.

Namun pada bangsa buaya, kura-kura serta beberapa jenis ikan, temperatur pada saat telur dibuahi dan dibesarkan akan mempengaruhi jenis kelamin anak. Suhu panas akan membuat lebih banyak anak berjenis kelamin betina, sedangkan suhu dingin akan menghasilkan banyak keturunan jantan.
Buaya dan kura-kura jenis kelaminnya tergantung pada suhu saat inkubasi

Gagasan ini muncul dengan pemikiran bahwa asteroid yang menabrak Bumi 65 juta tahun lalu telah mengubah iklim dan membuat planet kita ini sangat dingin, sehingga sebagian telur dinosaurus menetas sebagai hewan jantan. Ketidakseimbangan jantan dan betina inilah yang menyebabkan mereka punah.
Karena perubahan suhu menjadi panas, dianggap lebih banyak dinosaurus jantan yang lahir
 Jika itu yang memang terjadi, wajar dinosaurus punah. Mereka telah bertahan hidup di bumi selama hampir 160 juta tahun, lalu keadaan tiba-tiba berubah dan melemahkan ketahanan tubuh mereka.

Kepunahan Dinosaurus: Teori Badai


Memang tidak ada manusia yang hadir dan mencatat badai zaman prasejarah. Namun seorang professor meteorologi di Massachusetts Institute of Technology (MIT) Kerry Emanuel memperkirakan ada kondisi yang terjadi sekitar 65 juta tahun yang lalu sehingga binatang prasejarah musnah. Kerry menyatakan ada sebuah badai besar yang terjadi yang jauh lebih kuat dan mematikan efeknya dibandingkan badai modern saat ini. 

Para ilmuwan telah lama berpikir bahwa dinosaurus mati karena sebuah asteroid menghantam bumi dan menyebabkan terjadinya perubahan iklim secara drastis. Kerry dan para peneliti lainnya berpikir asteroid mungkin saja memanaskan lautan kuno sekitar 50 derajat Celsius.
Badai mungkin telah menyebabkan punahnya dinosaurus
Badai mendapatkan kekuatan mereka dari air laut yang memanas tersebut. Air yang sangat panas itu menyebabkan badai memiliki kecepatan  angin sebesar 700 mil/jam atau sekitar 1.130 kilometer/jam. Monster badai zaman prasejarah ini bisa saja menyebabkan embun panas naik ke stratosfer, menyebabkan perubahan besar di planet bumi yang menyebabkan kepunahan dinosaurus. 

Meski sudah memberikan perkiraannya, Kerry menambahkan bahwa konsep yang dikemukakannya hanya berupa teori dan belum punya cara untuk mengetesnya.

Kepunahan Dinosaurus: Teori Hujan Lebat dan Tsunami

Perdebatan di kalangan ilmuwan mengenai bagaimana dinosaurus punah sedemikian sengitnya. Toon mencoba untuk mengembalikannya ke teori awal dan menambahnya dengan satu teori tambahan di bidang misteri forensik satu ini. Pendapat Toon ini justru kebalikan dari teori yang pernah dilontarkan seorang ilmuwan Meksiko pada awal 1990-an.

Brian Toon, seorang ahli fisika atmosfer dari University of Colorado yang menulis detail studinya, dialah isu terbaru jurnal Geological Society of America Bulletin menyatakan bahwa dinosaurus menghadapi ajalnya dengan cara yang lebih dramatis.

Mereka diperkirakan hidup di area Karibia dan bagian selatan Amerika Serikat. Mereka tenggelam hingga di kedalaman bawah tanah akibat guncangan tsunami dan hujan lebat yang mengakibatkan banjir. 
Bencana banjir menimpa dinosaurus
Hujan yang terjadi bukanlah hujan air biasa. Hujan lebat ini berasal dari air laut,  karang laut, tanah, dan pasir. Setelah hujan, terjadilah gelombang pasang yang sangat besar (tsunami) menyapu daratan bumi. 
Tsunami dianggap menjadi salah satu penyebab kepunahan dinosaurus
Hujan dan tsunami ini muncul karena imbas dari asteroid yang menabrak bumi, terutama bagian Gurun Meksiko di masa kini dengan kecepatan 33.750 meter per jam, disusul kemudian dengan munculnya sekolom uap panas merah dan debu yang menyebar ribuan mil ke angkasa dan permukaan bumi. Dalam beberapa jam saja mengubah bumi menjadijneraka.

Kenapa Dinosaurus Punah?

Kepunahan Dinosaurus: Teori Gunung Berapi Bawah Laut


Fisikawan terkenal Italia Anthonio Cizizi mengemukakan, bahwa penyebab yang mengakibatkan kepunahan dinosaurus adalah ledakan mahadahsyat dari gunung berapi bawah laut. Menurutnya, pada akhir Zaman Cretaceous, di bawah samudera bumi telah terjadi serangkaian ledakan gunung berapi dalam skala besar, sehingga mempengaruhi panas laut, dan setelah itu, mengakibatkan perubahan iklim di darat, karenanya juga mempengaruhi kehidupan dinosaurus dan binatang lainnya yang memerlukan sejumlah besar makanan.
Alasannya, dampak yang ditimbulkan ledakan gunung berapi bawah laut sekarang terhadap samudera dan udara merupakan hal yang diketahui umum, hanya saja tingkat pengaruhnya lebih kecil dibandingkan ledakan gunung berapi bawah laut yang terjadi pada 65 juta tahun silam.

Ia menganggap, di masa lalu, sedikit sekali pemahaman ilmuwan terhadap kondisi ledakan gunung berapi bawah laut, maka kini perlu mengadakan penelitian mendalam terhadap gejala serius yang mempengaruhi lingkungan bumi.

Ia memberi contoh, bahwa Greenland di masa lalu pernah tumbuh vegetasi yang subur, namun setelah perubahan keseimbangan suhu air samudera, di mana setelah arus laut yang dingin berubah arusnya melalui Greenland, sejak itu membuat kepulauan yang besar-besar berubah menjadi salju yang menutupi bumi.

Itu adalah contoh tipikal perubahan keseimbangan suhu air laut. Aktivitas gunung berapi bawah laut merupakan sebuah faktor utama perubahan tersebut.

Kepunahan Dinosaurus: Teori Letusan Gunung Berapi


Ahli geologi asal Princeton University, Gerta Keller tidak setuju kalau asteroidlah yang bertanggung jawab penuh pada musnahnya dinosaurus. Menurutnya, puing reruntuhan asteroid yang dikenal dengan nama ejecta ditemukan berada di sekitar kawah Yucatan. Ejecta ini memiliki usia lebih tua daripada dinosaurus. Ini membuktikan bahwa meteorid tersebut sudah ada lama sejak sebelum dinosaurus musnah.
Vulkanik ejecta
”Ejecta merupakan lapisan sedimen yang berusia lebih tua dari masa kepunahan massal yang diperkirakan 300 juta tahun silam,” ujarnya.

Ia berpendapat bahwa kepunahan dinosaurus lebih logis apabila dikaitkan dengan pemanasan global yang dipicu oleh erupsi gunung berapi di India. Pada akhir Zaman Cretaceous, di daerah Deca, India, banyak gunung vulkanis yang mulai aktif. Letusan gunung-gunung itu terjadi selama setengah juta tahun.

Gunung-gunung berapi itu memuntahkan lahar, lava, awan panas, abu, juga memuntahkan gas asam arang yang beracun. Gunung-gunung itu adalah gunung terbesar yang pernah ditemukan oleh para geolog. Awalnya hal ini mengakibatkan memanasnya atmosfer, kemudian mendinginkan iklim bumi dan memusnahkan beberapa kehidupan yang ada.
Gunung-gunung vulkanik yang aktif membuat suatu bencana besar bagi makhluk hidup pada akhir Cretaceous
Fakta lain lagi, gunung berapi di India itu menghasilkan gas iridium. Teori gunung berapi ini dianggap sebagai alternatif yang kuat dibandingkan teori tumbukan benda-benda luar angkasa.

Kepunahan Dinosaurus: Toeri Komet


Hipotesa lain menganggap bahwa penyebab bencana dahsyat pada akhir Cretaceous yang menyebabkan punahnya dinosaurus ini bahwa bukanlah planet kecil (asteroid) melainkan bintang berekor atau komet. Sejumlah ilmuwan menganggap matahari memiliki bintang pengiring yang berputar mengitarinya, setiap 20 hingga 30 juta tahun, bintang pengiring tersebut akan berputar ke posisi yang berdekatan dengan jarak komet besar tertentu. 
Hujan komet yang jatuh ke permukaan bumi menyebabkan punahnya dinosaurus
Bintang-bintang komet raksasa ini jika mendapat gangguan gravitasi bintang pengiring tersebut maka kemungkinan besar akan menimbulkan puluhan ribu kali badai komet di dalam sistem tata surya, sejumlah badai komet di antaranya menghantam bumi. Karenanya, setiap 26 juta hingga 30 juta tahun bumi akan mengalami satu kali bencana pemusnahan, dan makhluk hidup di bumi juga akan mengalami satu kali insiden kepunahan dahsyat setiap 26 juta hingga 30 juta tahun, punahnya dinosaurus hanya sekali saja dalam kepunahan yang berkala ini.

Ilmuwan Amerika Andreas berpendapat, hasil benturan memang telah menimbulkan sebuah bola api raksasa yang suhunya mencapai 3.0000C, bola api raksasa ini dengan cepat menyebar keluar, menyebabkan kebakaran hutan di Amerika Utara dan Asia, membuat organisme terbakar menjadi abu. Dasar hipotesa yang dikemukakan Andreas ini karena ia telah menemukan komposisi karbon yang 10 ribu kali lipat tingginya dibanding lapisan batuan lainnya di dalam sedimen benda berusia 65 juta tahun.

Ilmuwan Swiss keturunan Tionghoa Xu Qinghua juga menganggap, bahwa pukulan pemusnahan terhadap kehidupan bumi yang diakibatkan benturan komet kali ini lebih parah dibanding hanya punahnya dinosaurus. Besarnya energi ledakan dahsyat yang terbentuk dari benturan komet kali ini telah menimbulkan debu menyelubungi matahari yang mendunia, ada zat beracun yang telah mencemari segenap sistem ekologi bumi, sehingga segenap samudera bumi berubah menjadi sebuah lautan mati, di saat bersamaan, di mana setelah ledakan sejumlah senyawa di udara larut bersama dengan uap air lalu menjadi hujan asam yang sangat lebat, dengan lebih lanjut telah merusak sistem ekologi bumi, dan akibat terakhir yang ditimbulkan adalah punahnya sejumlah besar spesies makhluk hidup termasuk dinosaurus

Kepunahan Dinosaurus: Teori Asteroid/Meteorid


Teori ini yang paling dikenal banyak orang dan disetujui oleh kebanyakkan saintis. Asteroid merupakan benda-benda kecil angkasa atau planet kecil, terutama banyak pada sabuk antara Mars dan Jupiter.
Asteroid
Teori ini lahir pertama kali pada tahun 1980 berdasarkan pendapat 2 orang, Walter Alvarez dan Luis Alvarez.
Luis Alvarez dan Walter Alvarez
Sang anak, Walter Alvarez menemukan sebuah lapisan tanah yang tidak biasa di tempat "batas Cretaceous-Tertiary" atau disebut juga “batas K-T”. Ia pun segera meminta ayahnya, Luis Alvarez, untuk menganalisanya. Setelah diteliti lapisan tersebut mengandung suatu asam amino. Asam amino tersebut mengandung sejumlah besar iridium dengan jumlah yang besar pula. 

Batas C-T
Lapisan kulit bumi sedikit mengandung iridium. Asteroid yang berasal dari luar angkasa mengandung banyak iridium. Hal inilah yang menjadi bukti bahwa asteroid besar telah jatuh ke planet ini pada akhir Zaman Cretaceous. Pastilah asteroid ini memberikan dampak yang sangat buruk bumi saat itu, membinasakan banyak makhluk hidup dalam suatu kepunahan masal.

Pada tahun 1990, di Yucatan, Mexico, ilmuwan bernama David Kring dari University of Arizona menemukan kawah besar yang diduga kuat sebagai tempat mendaratnya asteroid raksasa pada akhir Zaman Cretaceous. Lebar kawah itu 100 kilometer dan kedalamannya mencapai 12 kilometer. Nama kawah itu sendiri adalah Kawah Chicxulub.
Peta lokasi tempat jatuhnya meteorit di Yucatan, Mexico
Kawah Chicxulub
Bukti selanjutnya ditemukan di Kutub Selatan. Tumbukan batu luar angkasa ditemukan pada butir-butir mineral langka di bebatuan kuno di Kutub Selatan. Mineral-mineral tersebut merupakan petunjuk adanya asteroid yang pernah menghantam Bumi. Kemudian, bukti-bukti lainnya mulai ditemukan di berbagai wilayah di dunia.

Jadi saat itu, bumi bahkan mengalami benturan berkali-kali sejumlah planet kecil. Tim peneliti dari Amerika Serikat dan Ceko percaya pecahan-pecahan lainnya juga menabrak Bulan, Venus dan Mars dan dampak pukulan itu kemudian menciptakan lubang-lubang.
 Asteroid menabrak bumi
Kekuatan benturan asteroid-asteroid itu setara dengan energi ledakan 1.015 ton TNT. Tabrakan tersebut sedemikian besarnya sehingga 10 miliar kali lebih besar dari bom nuklir Hiroshima. Ledakan krakatau, yang membuat gelap bumi sebulan lebih itu, tidak ada apa-apanya dibanding ini.

Akibat satu benturan asteroid ini adalah memicu serangkaian perubahan keadaan alam secara global. Begitu asteroid itu jatuh ke permukaan bumi, bumi dipenuhi gas dan pecahan batu yang sangat banyak serta debu. Benda langit yang jatuh ke planet ini telah memicu gunung vulkanik menjadi aktif, ombak besar, gempa bumi, dan awan debu.

Asteroid itu juga menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan meracuni lautan, membinasakan kehidupan yang ada. Dampak yang timbul paling besar adalah terbentuknya awan bebatuan dan debu. Gulungan debu membubung ke angkasa, menyebar. Sinar matahari pun tidak dapat masuk ke bumi karena tebalnya awan bebatuan dan debu yang sudah menyelimuti langit bumi. dan akhirnya membuat segenap bumi tertutup. Hal itu membuat suhu bumi menjadi turun drastis.
Akibat dari asteroid menabrak bumi
Banyak organisme tidak terlihat lagi, sebab awan hitam menutupi langit dan matahari, siang hari berubah menjadi gelap. Kondisi mengerikan seperti ini diperkirakan berlangsung sangat lama. Fotosintesis tumbuhan terputus, karenanya sejumlah besar tumbuhan layu dan mati.

Oleh karena itu dinosaurus pemakan tumbuh-tumbuhan mati satu per satu. Sesudah itu, dinosaurus pemakan daging juga mati karena kehilangan makanan. yang akhirnya menyapu seluruh dinosaurus dan banyak spesies lain di Bumi.